Rabu, 02 Agustus 2017



SUASANA SEPAGI KOPI
 
NIKMATI BLUE BATAK DI SEPAGI KOPI 


Halo lae... apa kabar, lama tak berjumpa, sapa pria berbadan tegap, Bang Ganda namanya.

Pertemuan yang sudah kami jadwalkan untuk bertemu di Sepagi kopi disambut hangat oleh bang ganda. Bertempat di Jalan Darusalam, simpang Sei Tuan, menjadikan awal pertemuan kami, setelah lama berpisah dari tanah kelahiran kini kembali berjumpa di tanah rantau.


SAJIAN KOPI V60
Berjabat tangan, bang Ganda mempersilahkan duduk sembari bercerita tentang masa kecil di tanah kelahiran. Saling tertawa dan bernostalgia di tanah kelahiran, kembali teringat dengan sajian kopi arabica di Sepagi kopi. Tak lupa, diselah pembicaraan kami, bang Ganda menyambut para pengunjung dengan ramah.

Bercerita banyak, ditengah riuhnya jalanan kota, kami mulai mengulas kembali kopi-kopi terbaik di Indonesia. Dengan hidangan kopi dari tanah batak membuat bibir ini semakin asik untuk berbicara lebih lama lagi.

Disini kami, lebih memprioritaskan untuk para tamu agar membiasakan mencoba kopi arabica. Dikarenakan saat ini rasa dari kopi arabica, tak di kenal lagi untuk masyarakat luas. Apalagi bagi yang hanya sebatas menikmati kopi, membuat rasa dari arabica ini mulai bias dari lidah masyarakat, ucap bang Ganda.

SAJIAN KOPI TUBRUK
Mulai dari proses sortir biji kopi terbaik, roasting terbaik, dan grinder terbaik, dapat menghasilkan cita rasa kopi yang akan lebih baik bagi penikmatnya. Sehingga di Sepagi Kopi ini, kami sangat memperhatikan bahan baku konsumsi biji kopi sebelum kami grinder untuk di sajikan bagi penikmat. Kebanyakan saat ini masyarakat kita, lebih mengkonsumsi kopi robusta, kopi yang pakai gula, tegasnya..

Padahal untuk diluar negeri sendiri, kopi robusta itu tak di konsumsi oleh mereka. Itulah sebabnya, aku membuka Sepagi Kopi, agar masyarakat kita dapat menikmati kopi terbaik dari tanah batak. Sehingga disini, aku menyajikan jenis kopi blue batak yang berbahan baku arabica dari tanah batak. Tapi, meracik sebuah kopi, tanpa barista yang memiliki pengetahuan tentang kopi, maka cita rasa dari kopi tersebut akan berkurang, ujarnya.

BANG GANDA
Semua jenis kopi yang disediakan disini berasal dari Sumatera Utara. Masing-masing berasal dari Samosir, Karo, Lintong Ni Huta dan Simalungun. Semua diolah dengan proses blue batak blue batak. Sehingga menghasilkan cita rasa yang segar dan sehat untuk penikmat kopi. Jadi kapan lagi kita yang lahir di Sumatera Utara ini, mencicipi kopi bagus dari tanah kelahiran sendiri. Itu sebabnya aku mencoba keluar dari lidah awam, dan mulai mengenalkan kopi-kopi terbaik dari Sumatera Utara. Tambahnya, mulai lah ngopi sehat, karena kopi dengan sajian blue batak yang terbaik hanya disini, dan tak afdol rasanya jika menikmati blue batak tidak di Sepagi Kopi, he..he...he

Oleh : DREASIMAGE | MEDAN

PINTU MASUK TAMAN WISATA IMAN
 WISATA ROHANI DI TAMAN WISATA IMAN

Menarik bila berbicara taman. Menyaksikan tumbuhan menari di sekeliling juga sebagai tempat bermain, bercanda, bersama keluarga maupun teman. Sumatera Utara memiliki taman yang sangat indah mengusung tema prularitas Agama di Indonesia. Hal ini sangat perlu dilestarikan dalam menjaga kemajemukan dan toleransi antar umat beragama sesuai dengan makna pancasila.

Taman Wisata Iman berada di Desa Sitinjo, Kabupaten Dairi. Terdapat bangunan bersejarah tentang agama di Indonesia. Dengan menempuh jarak 160 KM dari kota Medan.Wisatawan dapat menikmati dan mengulas kembali sejarah keagamaan ketika berada di bukit Sitinjo, Kabupaten Dairi ini. Taman Wisata Iman, memiliki luas 130.000 m2.


Di Taman Wisata Iman, para wisatawan yang berkunjung dapat melihat Vihara Saddhavadana dengan patung Buddha Rupang, Patung Abraham, patung Nabi Musa, patung adam dan hawa yang di cobain oleh ular untuk memakan buah larangan allah, Gereja Oikumene, Gua Bunda Maria, dan Perahu Nabi Nuh.
 
Perjalanan Kehidupan Yesus Kristus yang terdiri dari Kandang Domba di Betlehem, Yesus memberi makan 5000 orang, Yesus berdoa di Taman Getsmani, 14 tahap perjalanan salib (Via Dolorosa), Bukit Golgata dan Kebangkitan Yesus, Kuil Hindu. Lapangan Manasik Haji dan Mesjid.

Dengan membayar RP. 5.000,- untuk tiket masuk, para wisatawan dapat melihat bangunan bersejarah bagi pemeluk agama di Indonesia. Tak hanya itu, wisatawan juga dapat merasakan sejuknya udara di Bukit Sitinjo, serta dapat memanjatkan doa kepada Allah ketika berada di Taman Wisata Iman. Terasa damai hati ini ketika berada di TWI ini, ucap seorang pengunjung.


FOTO & TEKS :
DREASIMAGE

Jumat, 24 Februari 2017


LUPA CARA MENULIS

Medan, Dreasimage
Hal ini bisa saja terjadi ketika sebuah kebiasaan yang terus berulang dilakukan, tak dilakukan lagi. Apalagi dalam waktu yang lama. Kenapa ?? Logikanya, apabila seseorang sudah melakukan hal yang biasa dilakukan seharusnya menjadi hal yang takkan bisa dilupakan.

Memang, sulit untuk dibahas. Apa bedanya dengan sebilah pisau yang sangat tajam. Pisau yang berfungsi sebagai alat pemotong dan terus menerus memotong akan tajam dan semakin tajam. Nah, coba diamkan dalam waktu yang lama. Mungkin bisa saja menjadi tumpul, akibat debu yang melekan pada pisau tersebut. Namun fungsinya tetap, adalah memotong.

Ini yang terjadi saat ini, Dunia kita mulai tumpul. Seperti pisau yang lama tak digunakan. Makjang.. ngeri juga bicara dunia. Kita persempit lah, bicara negara. Negara ?? Negara apa? Negara api ??? hahahaha... sudahlah..

Tulisan ini, hanya melatih kembali ingatan penulis saja. Untuk merangsang otak agar lebih peka. Dan tetap menulis dan menulis. Biar sedikit tajam seperti pisau.

Teks & Foto :
Dreasimage

Jumat, 18 November 2016

SEGERALAH APAKAN, BIAR JANGAN APA KALI

Dreasimage



CAK AGAK DI APAKAN DULU

Dreasimage, Medan
Jangan lihat kiri, jangan lihat kanan, huft.. bagaimana mungkin jangan dilihat, sudah terbaca. Ide seperti ini cukup bagus untuk meraih income atau laba yang maksimal. Seperti tulisan sebelumnya edisi "Bengkok". Semua  demi kepentingan.. kepentingan untuk hidup...

Bicara hidup, tentu semua menginginkan. Apalagi menghidupkan sebuah barang yang tak hidup. Payah cakap lah.. Itu terjadi ketika Dreasimage melintas di perempatan jalan sisingamagaraja (Makam pahlawan) Medan.


Seorang Parbetor (Beca motor) nyaris tertabrak kendaraan lain ketika membela selembar kertas berwarna biru ungu jatuh dari saku-nya.Dengan glagat langkah maju tak maju, akhirnya parbetor berhasil mendapatkan kembali kertas berwarna biru ungu, senilai "sepuluh ribu rupiah". Tapi parbetor ini lihat kiri kanan loh.. kalau tidak, gubrakk..!!

Ada senyum ada juga sedih, ketika melintasi kota Medan yang penuh dengan pembenahan. Galian drainase cukup menjadi penghambat perjalanan. Penghambat ? artinya, jalan yang berukuran lima meter cukup sempit bagi pengendara dua arus untuk melintas tanpa adanya galian drainase. Belum ditambah berhentinya angkutan umum untuk menaikkan turunkan penumpang..ahh.. sudah lah.. namanya masih proses..

Pun demikian, para pemegang proyek untuk galian drainase sepertinya sengaja membiarkan galian tersebut dalam waktu yang tak ditentukan. alhasil, jalan yang berukuran lima meter tersebut menjadi macet dan banyaknya debu dapat mengganggu pernapasan masyarakat yang tinggal di daerah galian drainase tersebut.

Mungkin disini ide di paragraf pertama di buat besar, "Jangan lihat kiri, jangan lihat kanan, ada galian drainase". he..he..

Semoga segala galian ini cepat selesai, kuat, kokoh dan tahan lama ya.. dengan harapan kota Medan ini terbebas dari luapan air yang bisa membuat becek seperti tulisan edisi sebelumnya "Becek".

Tulisan dan Foto : Dreasimage

Kamis, 17 November 2016

GENERASI JANGAN BENGKOK

Dreasimage

BUKAN KEDINGINAN

Dreasimage, Medan
Bicara dingin, tentu memiliki sesuatu yang tabu untuk dibahas. Apalagi saat matahari diselimuti kabut tebal.. rokok habis, kopi habis, mau beli minuman keras (miras) takut mabuk, ah... sudah lah....

Seperti seorang astronot, di mana hanya sebuah gadget (Handphone) menjelajah dunia dari ketinggian walau hanya berdiam diri di penjara. Akan tetapi paket data internet harus memadai dalam melakukan penjelahan. Jika tidak, maka akan merasa frustasi.

Serba cepat, semua cepat, seperti bus cepat padahal lambat, karena belum penuh penumpangnya. he..he.. entah lah, sepertinya harus "mulak tu bona pasogit" (pulang kampung). Dengan harapan tidak terjaring dengan dampak negatif seperti yang saat ini ada di kota. Kasihan mereka.. biar mereka menjelajah kenyataan di masa kecil.

Kemarin malam, Dreasimage bertemu dengan seorang penjelajah massa kecil dari bukit ke bukit. Kami bercerita tentang massa kecil (dulu) dengan massa kini (kekinian). Mulai masuk hutan, mengambil durian, petai, jengkol dan buah lainnya. Bahkan tak jarang saat berada di dalam hutan, kami bertemu dengan hewan buas harimau. Katanya, sambil mengecap minuman.


Pokoknya, senang terus lah pada massa itu, lari sana lari sini.. Mencari pengalaman sambil menggores luka di kulit demi pengetahuan yang tak pernah kami dapat di jenjang pendidikan saat itu. Sebab, massa kecil adalah jika dilarang, semakin di buat demi menambah pengetahuan. Tambahnya.

Namun, sekarang jauh berbeda dengan 20 tahun lalu. Mereka beranjak sukses dari penjelahan di masa kecil. Salah satu nya untuk melakukan uji coba sebelum masuk tentara, dengan modal pengalaman di massa kecil, teman ku dapat melewati massa uji coba itu. Itu pertanda petualangan massa kecil tidak percumaucap pria asal kabupaten humbang hasundutan.
 
Entahlah, di era globalisasi saat ini tak sedikit peran orang tua memaksa seorang anak untuk melepas masa kecil dan di paksa untuk bersaing. Sehingga menjadi kebanggaan jika seorang anak, mampu menyaingi orang dewasa.Sebagai contoh usai belajar di sekolah, lalu lanjut kembali untuk les, sampai larut malam. huft..

Pulang... lihat.. rasakan..bandingkan. Membaca biografi para pemimpin Indonesia ini, hampir seluruhnya pernah merasakan masa kecil yang luar biasa. Bahkan dalam tulisan biografi yang sengaja di muat di "Mbah Google", Dreasimage larut dalam masa mereka.. tapi... ah sudah lah..
 
Seperti headset terlilit di saku, Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah buyar, demi apa ? pasti demi kebutuhan hidup. Ibarat kata saat ini semua memiliki "Kepentingan". Ya.. kepentingan untuk hidup..

Saat ini generesi mereka berharap, agar pendidikan mereka lebih di maksimalkan, dan berdoa supaya pola pikir tidak bengkok...

PENULIS DAN FOTO : Dreasimage


Selasa, 15 November 2016

PUAS KALI, BECEK LANGSUNG CROOT



Dreasimage
4 JAM becek, 6 JAM croot
Puassssss...

Dreasimage, Serdang Bedagai 
Olah Raga Arus Deras (ORAD) kerap sekali disebut Arung Jeram adalah olah raga petualangan melintasi aliran sungai beriak. ORAD termasuk salah satu kegiatan alam terbuka, seteleh merasakan berada di puncak ketinggian ataupun olahraga-olahraga alam terbuka lainnya.

Dreasimage
Kegiatan ini dapat dirasakan ketika menyandangi basecamp Ancol Arung Jeram yang terletak di Dusun III Desa Buluh Duri, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara. Dibalik rindang sajian pepohonan, terdengar jelas riak sungai bah bolon dan dapat dilihat mata telanjang.

Masih dalam hati yang penuh dengan rasa "ingin", tak sedikit rasa takut untuk segera menari diatas riak sungai bah bolon. Dan selanjutnya mengabadikan keindahan alam yang begitu seksi saat melintasi sungai bah bolon.

Ancol Arung Jeram memilik dua jalur pengarungan, yakni jalur 4 jam yang berada di Desa Huta Bayu dengan jarak tempuh pengarungan 14 kilometer dan jalur 6 jam yang berada di Desa Salawar dengan jarak tempuh pengarungan 20 kilometer.

Dreasimage
Untuk yang berulang kali-nya, terlalu mainstream di telinga para petualang arus sungai untuk melakukan pengarungan di jalur 4 JAM. Mendengar ucapan skipper atau pemandu perahu saat mengarungi arus sungai bah bolon, semakin menggebuh hasrat untuk mencoba jalur 6 JAM, yang sebutnya keseksian alam-nya lebih wah......
Dreasimage

Terjawab.. ketika kami mencicip jalur 6 JAM tersebut, Start dari Desa Salawar, dan berjalan menuju tepi sungai, di padu dengan tebing yang menjulang, serta jalan berkelok dan barisan tumbuhan yang menari ketika tapak kaki melintas saat itu.

6 JAM adalah waktu yang lama, tapi siapa sangka semua terbayar selama melakukan pengarungan. 2 JAM sebelum menuju jalur 4 JAM di Desa Huta Bayu Sungguh menakjubkan keindahan alam-nya, sepanjang pengarungan, rintik air membasahi tubuh setelah melintas di Hujan Abadi.

Puas... walau lelah, tapi untuk Ancol Arung Jeram, kalian luar biasa... dipandu dengan para skipper yang ramah, kami sampai di finish penuh dengan keceriaan. Celoteh pengunjung kepada penulis. Untuk kalian rekan kerja yang tak mau ikut, nyesal lah... tutup pengunjung dengan nada ceria. *bersambung

Penulis dan Foto : DreasImage

Kamis, 08 September 2016

Ancol Arung Jeram





ANCOL ARUNG JERAM



Contact Person :
Phone. +62821 6587 6003
Pin BB. 583165A1

Video : Dreas Manullang

Musical accompaniment : Calvin Harris - This Is What You Came For